Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu dalam kolises dan atau pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat atau kalsium.
B. Etiologi Batu Ginjal
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang – kadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum ( seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu.
C. Patofisologi Batu Ginjal
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.
Kecepatan tumbuhnya batu tergantung kepada lokasi batu, misalnya batu pada buli-buli lebih cepat tumbuhnya disbanding dengan batu pada ginjal. Selain itu juga tergantung dari reaksi air seni, yaitu batu asam akan cepat tumbuhnya dalam urin dengan pH yang rendah. Komposisi urin juga akan mempermudah pertumbuhan batu, karena terdapat zat-zat penyusun air seni yang relatif tidak dapat larut. Hal lain yang akan mempercepat pertumbuhan batu adalah karena adanya infeksi.
Baru ginjal dalam jumlah tertentu tumbuh melekat pada puncak papil dan tetap tinggal dalam kaliks, yang sampai ke pyelum yang kemudian dapat berpindah keareal distal, tetap tinggal atau menetap di tempat diamana saja dan berkembang menjadi batu yang besar.
D. Komplikasi Batu Ginjal
Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih, pylonetritis, yang pada akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya yang jauh lebih parah.
E. Manifestasi Klinis Batu Ginjal
Disamping adanya serangan sakit hebat yang timbul secara mendadak yang berlangsung sebentar dan kemudian hilang tiba-tiba untuk kemudian, timbul lagi, disertai nadi cepat, muka pucat, berkeringat dingin dan tekanan darah turun atau yang disebut kolik, dapat pula disertai rasa nyeri yang kabur berulang-ulang di daerah ginjal dan rasa panas atau terbakar di pinggang yang dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Hematuri dapat juga terjadi apabila terdapat luka pada saluran kemih akibat pergeseran batu.
Bila terjadi hydronefrosis dapat diraba pembesaran ginjal. Urin yang keruh dan demam akan juga dialami penderita batu ginjal. Demam menandakan infeksi penyerta. Jika terjadi penyumbatan saluran kemih menyeluruh, suhu tubuh bias mendadak tinggi berulang-ulang.
Anuria akan terjadi jika ada batu bilateral atau jika hanya ada satu ginjal penderita.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pada penderita fisik biasanya ditemukan rasa nyeri bila ditrkan didaerah ginjal atau ureter. Suhu badan agak naik, peristaltaik positif. Biasanya pemeriksaan urin menunjukkan eritrositura, lbuminaria ringan dan kadang-kadang banyak kristal.
Pemeriksaan rontgen ( foto polos abdomen ) dan IVP penting untuk membuktikan adanya batu. Kebanyakan batu bias nampak jelas dalam foto abdomin, IVP menunjukkan lokasi yang tepat serta memberi keterangan tentang tahap pembendungan ginjal dan ureter.
Pemeriksaan laboratorium terhadap urin dilakukan baik secara bakteriologik ( bakteri yang menguraikan ureum) maupun secara kimiawi, khususnya kadar kalsium, asam urat, asam sistin atau asamoksalat. Sedangkan darah diperiksa khusus untuk mengetahui kadar kalsium fosfat dan asam urat.
Batu yang mungkin keluar pada saat kencing dapat diperiksa dengan berbagai cara untuk mengetahui jenis batu yang terbentuk.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada batu ginjal dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan pengeluaran batu.
Batu ginjal yang menyumbat atau menyebabkan infeksi yang berulang –ulang diangkat dengan pembedahan, mungkin perlu dilakukan pislotorni, drotomi atau bahkan nefroktomi.
Tindakan pencegahan terhadap kambuh sangat penting, meliputi memperbaiki keadaan diit dan gizi, mengadakan perlindungan badan terhadap infeksi, perbaikan obstruksi serta penaganan statis urin.
Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :
a. Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme, menghilangkan susu dan keju dari diit, kalium fosfat asam ( 3 – 6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam urine, suatu dueretik ( misalnya 50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry ( 200ml, 4 kali sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam urin.
b. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 – 5 gram kalium fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
c. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam ( pH urine harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 – 8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehri ) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu ginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi yang cukup, perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap distensi dan pendarahan dan perhatian terhadap lokasi pemasangan drainase dan perawatannya.
1. Pengkajian
Pada asuhan keperawatan pasien dengan post operasi batu ginjal dapat dikumpulkan data-data, meliputi keluhan rasa sakit di pinggang, atau pasien mempunyai riwayat kencing mengeluatkan batu dan kencing yang disertai darah. Sedangkan dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap urin diperoleh data-data yang menunjukkan eritrosuira, albuminaris dan endapan kristal tertentu.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan untuk pasien dengan post operasi batu ginjal :
1. Peruabahan pada pola eliminasi urine sehubungan terpasang selang draun dan kateter selama proses operasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan adanya luka post oparasi.
3. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan tindakan pembedahan, terpasangnya selang drainase dan kateter.
4. Potensial terjadi komplikasi hypovolemik shogk sehubungan dengan perdarahan, berkurangnya volume cairan.
5. Potensial terjadi kompliasi peritonitis sehubungan dengan adanya kebocoran pada rongga peritoneum dan luka infeksi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan lanjut.
3. Perencanaan
Rencana tindakan untuk pasien dengan post operasi batu ginjal berdasrkan diagnosa yang lazim :
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan adanya luka post operasi.
Tujuan : rasa nyaman pasien terpenuhi.
Kriteria : pasien mengungkapkan bahwa rasa neyri berkurang atau hilang.
Intervensi :
1) Anjurkan pasien untuk nafas dalam.
2) Berikan distraksi untuk mengurangi rasa nyeri.
3) Kolaborasikan kepada tim medis untuk pemberian obat untuk menghilangkan rasa nyeri.
b. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan tindakan pembedahan terpasangnya selang drainase dan kateter.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria : - hasil pemeriksaan kultur negatif
- Jumlah leukosit dalam batas normal
( 10 ribu/mmk)
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
( Kemerahan, nyeri,panas, bengkak )
Interfensi :
1) Lakukan pemeriksaan kultur sesuai instruksi.
2) Perhatikan hasil pemeriksaan leukosit.
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak tindakan invasive.
4) Gunakan teknik aseptic dalam tindakan invasive.
c. Perubahan pola eliminasi urin sehubungan dengan terpasangnya selang drain dan kateter.
Tujuan : eliminasi tetap terjaga
Kriteria : - tidak tyerjadi distensi kandung kemih, retensi atau pendarahan.
- Ketetapan selang tetap terjaga.
Intervensi :
1) Jelaskan pada pasien tujuan pemasangan selang drainase dan kateter.
2) Libatkan pasien dan keluarga untuk menjaga ketetapan letak drainase.
d. Potensial terjadi komplikasi hypovolemik shock sehubungan dengan perdarahan, berkurangnya volume cairan.
Tujuan : Tidak terjadi komplikasi hypovelamik shock.
Kiteria : - tidak terjadi pendarahan hebat
- tanda vital dalam batas normal
( s: 36-370C, T:110/90 mmHg, N:80-100 x /mneit, 24x/menit)
- Tidak ditemukan tanda shock.
Intervensi :
1) Kaji dan laporkan adanya perdarahan pada selang drainase ataupun pada bantuan luka operasi.
2) Kaji adanya tanda-tanda hypovolemik shock
3) Lakukan tindakan untuk mencegah terjadinya perdarahan.
e. Potensial terjadi komplikasi peritonitis sehubungan dengan adanya kebocoran pada rongga peritenium dan luka infeksi.
Tujuan : Tidak terjadi komplikasi infeksi.
Kriteria : - Nyeri abdomen berangsur – angsur berkurang.
- Perutnya ridakmengembuk dan lunak.
- temperatur turun sampai batas normal ( 36 – 370C)
( s: 36-370C, T:110/90 mmHg, N:80-100 x /mneit, 24x/menit)
- Bising usus berangsur-angsur kembali normal ( 16x/menit)
Intervensi :
1) Kaji dan laporkan tentang tanda dan gejala dari peritonitis
2) Monitor leukosi, laporkan peningkatan atau terjadinya penurunan sampai batas normal.
3) Lakukan tindakan pencegahan terjadi infeksi.
4) Lakukan tindakan untuk mencegah tekanan pada luka operasi.
5) Monitor teraperutik dan non terapeutik dan anti infeksi.
6) Siapkan pasien untu operasi perbaikan pada tempat yang besar jika diandikasikan.
f. Kurangnya pengetahuan tentang pearwatan lanjut
Tujuan : Pasien bertambah pengetahuan tentang perawatan lanjut.
Kriteria : - Pasien mampu mencegah berulangnya batu ginjal.
- Pasien tahu tanda dan gejala infeksi saluran perkemihan untuk dilaporkan kepada ahli atau dokter dengan segera.
- Pasien mengetahui kebutuhan cairan dengan diet yang sesuai.
- Pasien mengetahui pentingnya aktifitas dan program latihan.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan pasien dan berikan pengetahuan khusus tentang parawatan lanjut.
2) Jelaskan kepada pasien tentang diet yang seuai setealah komposisi batu diketahui.
3) Jelaskan atau anjurkan kepada pasien tentang pentingnya cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi yang merupakan factor predeposisi terbentuknya batu.
B. Etiologi Batu Ginjal
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang – kadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum ( seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu.
C. Patofisologi Batu Ginjal
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.
Kecepatan tumbuhnya batu tergantung kepada lokasi batu, misalnya batu pada buli-buli lebih cepat tumbuhnya disbanding dengan batu pada ginjal. Selain itu juga tergantung dari reaksi air seni, yaitu batu asam akan cepat tumbuhnya dalam urin dengan pH yang rendah. Komposisi urin juga akan mempermudah pertumbuhan batu, karena terdapat zat-zat penyusun air seni yang relatif tidak dapat larut. Hal lain yang akan mempercepat pertumbuhan batu adalah karena adanya infeksi.
Baru ginjal dalam jumlah tertentu tumbuh melekat pada puncak papil dan tetap tinggal dalam kaliks, yang sampai ke pyelum yang kemudian dapat berpindah keareal distal, tetap tinggal atau menetap di tempat diamana saja dan berkembang menjadi batu yang besar.
D. Komplikasi Batu Ginjal
Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih, pylonetritis, yang pada akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya yang jauh lebih parah.
E. Manifestasi Klinis Batu Ginjal
Disamping adanya serangan sakit hebat yang timbul secara mendadak yang berlangsung sebentar dan kemudian hilang tiba-tiba untuk kemudian, timbul lagi, disertai nadi cepat, muka pucat, berkeringat dingin dan tekanan darah turun atau yang disebut kolik, dapat pula disertai rasa nyeri yang kabur berulang-ulang di daerah ginjal dan rasa panas atau terbakar di pinggang yang dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Hematuri dapat juga terjadi apabila terdapat luka pada saluran kemih akibat pergeseran batu.
Bila terjadi hydronefrosis dapat diraba pembesaran ginjal. Urin yang keruh dan demam akan juga dialami penderita batu ginjal. Demam menandakan infeksi penyerta. Jika terjadi penyumbatan saluran kemih menyeluruh, suhu tubuh bias mendadak tinggi berulang-ulang.
Anuria akan terjadi jika ada batu bilateral atau jika hanya ada satu ginjal penderita.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pada penderita fisik biasanya ditemukan rasa nyeri bila ditrkan didaerah ginjal atau ureter. Suhu badan agak naik, peristaltaik positif. Biasanya pemeriksaan urin menunjukkan eritrositura, lbuminaria ringan dan kadang-kadang banyak kristal.
Pemeriksaan rontgen ( foto polos abdomen ) dan IVP penting untuk membuktikan adanya batu. Kebanyakan batu bias nampak jelas dalam foto abdomin, IVP menunjukkan lokasi yang tepat serta memberi keterangan tentang tahap pembendungan ginjal dan ureter.
Pemeriksaan laboratorium terhadap urin dilakukan baik secara bakteriologik ( bakteri yang menguraikan ureum) maupun secara kimiawi, khususnya kadar kalsium, asam urat, asam sistin atau asamoksalat. Sedangkan darah diperiksa khusus untuk mengetahui kadar kalsium fosfat dan asam urat.
Batu yang mungkin keluar pada saat kencing dapat diperiksa dengan berbagai cara untuk mengetahui jenis batu yang terbentuk.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada batu ginjal dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan pengeluaran batu.
Batu ginjal yang menyumbat atau menyebabkan infeksi yang berulang –ulang diangkat dengan pembedahan, mungkin perlu dilakukan pislotorni, drotomi atau bahkan nefroktomi.
Tindakan pencegahan terhadap kambuh sangat penting, meliputi memperbaiki keadaan diit dan gizi, mengadakan perlindungan badan terhadap infeksi, perbaikan obstruksi serta penaganan statis urin.
Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :
a. Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme, menghilangkan susu dan keju dari diit, kalium fosfat asam ( 3 – 6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam urine, suatu dueretik ( misalnya 50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry ( 200ml, 4 kali sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam urin.
b. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 – 5 gram kalium fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
c. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam ( pH urine harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 – 8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehri ) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu ginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi yang cukup, perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap distensi dan pendarahan dan perhatian terhadap lokasi pemasangan drainase dan perawatannya.
1. Pengkajian
Pada asuhan keperawatan pasien dengan post operasi batu ginjal dapat dikumpulkan data-data, meliputi keluhan rasa sakit di pinggang, atau pasien mempunyai riwayat kencing mengeluatkan batu dan kencing yang disertai darah. Sedangkan dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap urin diperoleh data-data yang menunjukkan eritrosuira, albuminaris dan endapan kristal tertentu.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan untuk pasien dengan post operasi batu ginjal :
1. Peruabahan pada pola eliminasi urine sehubungan terpasang selang draun dan kateter selama proses operasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan adanya luka post oparasi.
3. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan tindakan pembedahan, terpasangnya selang drainase dan kateter.
4. Potensial terjadi komplikasi hypovolemik shogk sehubungan dengan perdarahan, berkurangnya volume cairan.
5. Potensial terjadi kompliasi peritonitis sehubungan dengan adanya kebocoran pada rongga peritoneum dan luka infeksi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan lanjut.
3. Perencanaan
Rencana tindakan untuk pasien dengan post operasi batu ginjal berdasrkan diagnosa yang lazim :
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan adanya luka post operasi.
Tujuan : rasa nyaman pasien terpenuhi.
Kriteria : pasien mengungkapkan bahwa rasa neyri berkurang atau hilang.
Intervensi :
1) Anjurkan pasien untuk nafas dalam.
2) Berikan distraksi untuk mengurangi rasa nyeri.
3) Kolaborasikan kepada tim medis untuk pemberian obat untuk menghilangkan rasa nyeri.
b. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan tindakan pembedahan terpasangnya selang drainase dan kateter.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria : - hasil pemeriksaan kultur negatif
- Jumlah leukosit dalam batas normal
( 10 ribu/mmk)
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
( Kemerahan, nyeri,panas, bengkak )
Interfensi :
1) Lakukan pemeriksaan kultur sesuai instruksi.
2) Perhatikan hasil pemeriksaan leukosit.
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak tindakan invasive.
4) Gunakan teknik aseptic dalam tindakan invasive.
c. Perubahan pola eliminasi urin sehubungan dengan terpasangnya selang drain dan kateter.
Tujuan : eliminasi tetap terjaga
Kriteria : - tidak tyerjadi distensi kandung kemih, retensi atau pendarahan.
- Ketetapan selang tetap terjaga.
Intervensi :
1) Jelaskan pada pasien tujuan pemasangan selang drainase dan kateter.
2) Libatkan pasien dan keluarga untuk menjaga ketetapan letak drainase.
d. Potensial terjadi komplikasi hypovolemik shock sehubungan dengan perdarahan, berkurangnya volume cairan.
Tujuan : Tidak terjadi komplikasi hypovelamik shock.
Kiteria : - tidak terjadi pendarahan hebat
- tanda vital dalam batas normal
( s: 36-370C, T:110/90 mmHg, N:80-100 x /mneit, 24x/menit)
- Tidak ditemukan tanda shock.
Intervensi :
1) Kaji dan laporkan adanya perdarahan pada selang drainase ataupun pada bantuan luka operasi.
2) Kaji adanya tanda-tanda hypovolemik shock
3) Lakukan tindakan untuk mencegah terjadinya perdarahan.
e. Potensial terjadi komplikasi peritonitis sehubungan dengan adanya kebocoran pada rongga peritenium dan luka infeksi.
Tujuan : Tidak terjadi komplikasi infeksi.
Kriteria : - Nyeri abdomen berangsur – angsur berkurang.
- Perutnya ridakmengembuk dan lunak.
- temperatur turun sampai batas normal ( 36 – 370C)
( s: 36-370C, T:110/90 mmHg, N:80-100 x /mneit, 24x/menit)
- Bising usus berangsur-angsur kembali normal ( 16x/menit)
Intervensi :
1) Kaji dan laporkan tentang tanda dan gejala dari peritonitis
2) Monitor leukosi, laporkan peningkatan atau terjadinya penurunan sampai batas normal.
3) Lakukan tindakan pencegahan terjadi infeksi.
4) Lakukan tindakan untuk mencegah tekanan pada luka operasi.
5) Monitor teraperutik dan non terapeutik dan anti infeksi.
6) Siapkan pasien untu operasi perbaikan pada tempat yang besar jika diandikasikan.
f. Kurangnya pengetahuan tentang pearwatan lanjut
Tujuan : Pasien bertambah pengetahuan tentang perawatan lanjut.
Kriteria : - Pasien mampu mencegah berulangnya batu ginjal.
- Pasien tahu tanda dan gejala infeksi saluran perkemihan untuk dilaporkan kepada ahli atau dokter dengan segera.
- Pasien mengetahui kebutuhan cairan dengan diet yang sesuai.
- Pasien mengetahui pentingnya aktifitas dan program latihan.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan pasien dan berikan pengetahuan khusus tentang parawatan lanjut.
2) Jelaskan kepada pasien tentang diet yang seuai setealah komposisi batu diketahui.
3) Jelaskan atau anjurkan kepada pasien tentang pentingnya cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi yang merupakan factor predeposisi terbentuknya batu.
0 komentar:
Post a Comment
| Silahkan pilih anonimously jika kamu tidak memiliki account yang ada dibawah | Komentar anda saat bemanfaat bagi saya |