06 October 2010

MAKALAH ANTERPARTUM


BAB I
PENDAHULUAN


Latar belakang
    Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap  sebagai kelainan yang berbahaya karena perdarahan menduduki tempat yang penting khususnya dinegara-negara yang belum maju, dimana masih terdapat banyak kekurangan – kekurangan dalam organisasi dan penyediaan fasilitas untuk pengawasan antenatal dan pertolongan persalinan perdarahan
 Perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah kehamilan 22 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin di luar uterus. Pada kehamilan muda sebab-sebab perdarahan adalah abortus, kehamilan, mola hydatidosa. Dan pada triwulan terakhir sebab – sebab utama adalah plasenta solusio plasenta.
    Kita harus ingat juga bahwa perdarahan dalam kehamilan selain oleh sebab-sebab tersebut diatas juga dapat ditimbulkan oleh luka-luka pada-pada jalan lahir karena terjatuh,  karena coitus atau varices yang pecah dan oleh kelainan cervik seperti carcinoms.

Tujuan
Mengetahui  definisi perdarahan anterpartum dan klasifikasinya, yaitu plasenta previa dan plasenta solusio plasenta
Mengetahui etiologi dari klasifikasi perdarahan akhir kehamilam
Mengetahui patofisiologi dari  klasifikasi perdarahan akhir kehamilan
Mengetahui manifestasi klinis dari klasifikasi perdarahan akhir kehamilan
Mengetahui penatalaksanaan dari klasifikasi perdarahan akhir kehamilan



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Perdarahan anterpartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22 minggu.(Hanifa Wiknjosastro)
Perdarahan anterpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu, Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. (Rustam Mochtar)
Perdarahan anterpartum ialah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 20 minggu.(Arif Mansjoer)

KLASIFIKASI KLINIS
Menurut penyebab dibagi atas :
1    Kelainan pada plasenta
a.    Plasenta previa
b.    Solusio plasenta
c.    Plasenta letak rendah
d.    Robekan sinus marginalis
e.    Vasa previa
2    Kelainan pada vagina
a.    Varises vulva yang pecah
b.    Trauma
c.    Karsinoma porsionis uteri
d.    Erosio portionis uteri
e.    Polipus servisis uteri
3    Perdarahan yang belum jelas sumbernya
Diantara sekian banyak penyebab plasenta previa dan solusio plasenta merupakan penyebab yang paling banyak
FREKUENSI
Frekuensi perdarahan anterpartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Dirumah sakit  Dr.Cipto Mangunkusumo (1971-1975), terjadi 2114 kasus perdarahan anterpartum diantara 14824 persalinan, atau kira-kira 14%. RS Pirngadi Medan kira-kira 10% dari seluruh persalinan, dan di Kuala Lumpur, Malaysia (1953-1962) 3% dari seluruh persalinan

PLASENTA PREVIA
DEFINISI
Plasenta previa adalah  plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.(Wiknjosastro, H)
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.(Prawiroharjo, sarwono)
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. kejadian plasenta previa sekitar 0,3 % sampai 0,6 % dari persalinan sedangkan di rumah sakit lebih tinggi, karena menerima rujukan dari luar.
Menurut data yang lain ada 4 macam klasifikasi dari plasenta previa :
1.    Plasenta previa totalis : jika seluruh pembukaan jalan lahir tertutup jaringan plasenta.
2.    Plasenta previa parsialis : jika sebagian pembukaan jalan lahir tertutup jaringan plasenta.
3.    Plasenta previa marginalis : jika tepi plasenta berada tepat pada tepi pembukaan jalan lahir.
4.    Plasenta letak rendah: Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir, pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

ETIOLOGI
Etiologi untuk plasenta previa belum jelas. Diperkirakan karena adanya distribusi vaskularisasi uterus atau atrofi desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu benar karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapat dari sebagiaan besar pada penderita dengan paritas tinggi. Memang dapat dimengerti bahwa apa bila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaanya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.
Menurut Kloosterman (1973) frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun kira – kira 10 kali lebih sering dibanding dengan  primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun, pada grande multipara yang berumur lebih dari 35 tahun kira – kira 4 kali lebih sering dibandingkan dengan grande multipara yang berumur kurang dari 25 tahun.

PATOFISIOLOGI
Perdarahan anterpartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah berbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada trisemester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarakan karena ketidakmampuan serabut segmen bawah uterus untuk berkontraksi.

 MANIFESTASI KLINIK
Gejala utama dari plasenta previa adalah perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tadak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada sebelumnya. Walaupun perdarahan sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen – segmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segman – segmen uterus akan lebih melebar lagi dan servik mulai membuka.Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan, Darah berwarna merah segar ,sumber perdarahan adalah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus margainalis dari plasenta.
Turunnya bagian terbawah janin kedalam pintu atas panggul akan terhalang karena adanya plasenta dibagian bawah uterus. Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan didapat belum masuk ke dalam pintu atas panggul yang mungkin karena plasenta previa  sentralis, mengolak kesamping karena plasenta previa parsialis, menonjol ke atas simfisis karena plasenta previa poeterior, atau bagiaan terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.
Apabila janin telah lahir, plasenta tidak selalu mudah dilahirkan karena sering mengadakan perlekatan yang erat dengan dinding uterus. Apabila plasenta telah lahir, perdarahan postpartum sering sekali terjadi karena kekurang mampuan serabut – serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan dari bekas insersio plasenta, atau karena perlukaan servik dan segmen bawah uterus yang rapuh dan mengandung banyak pembuluh darah besar yang dapat terjadi bila persalinan berlangsung pervaginam.

PENATALAKSANAAN
Prinsip dasar penanganan
Setiap ibu dengan perdarahan anterpartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas melakukan tranfusi darah dan operasi.
Perdarahan tidak akan membahayakan ibu atau janinnya (yang masih hidup), dan kehamilannya belum cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin belum sampai 2500 gram, dan persalinannya belum mulai , dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janin dapat hidup diluar kandungan lebih baik.
Perdarahan akan membahayakan ibu atau janinnya atau kehamilannya telah cukup 36 minggu, taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram atau persalinan telah mulai maka penanganan pasif harus ditinggalkan
Prinsip penanganan plasenta previa ada 2 golongan :
Penanganan pasif
a.    Penanganan pasif beberapa kasus plasenta previa yang janinya masih premature dan perdarahannya tidak berbahaya sehingga tidak diperlukan pengakhiran kehamilan
b.    Penderita harus dirawat di rumah sakit sejak perdarahan pertama
c.    Transfuse darah dan operasi harus dapat dilakukan setiap saat apabila diperlukan 
2.    Penanganan aktif
a.     Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio caesaria
b.     Perdarahan banyak dan berulang merupakan indikasi mutlak seksio caesaria
c.     Plasenta previa parsialis pada primigravida sangat cenderung untuk secsio caesaria
d.    Multigraviada dengan plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis, plasenta previa parsialis pada pembukaan lebih dari 5 cm dapat ditanggulangi dengan pemecahan selaput ketuban. Akan tetapi apabila ternyata pecahan selaput ketuban tidak mengurangi perdarahan yang timbul kemudian maka seksio saesaria harus dilakukan. 
e.     Seksio saesaria pada multigravida yang telah mempunyai anak hidup cukup banyak dapat dipertimbangkan dilanjutkan dengan histerktomi untuk menghindari perdarahan postpartum.

a.    Persalinan pervaginam
Pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk melangsungkan persalinan  pervaginan karena
Bagian terbawah janin akan menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah
bagian plasenta yang berdarah ini dapat bebas mengikuti regangan segmen bawah uterus sehingga pelepasan plasenta  dari segmen bawah uterus lebih lanjut dapat dihindarkan
b.     Seksio sesarea
1.    Prinsip utama dalam melakukan seksio sesaria adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan
2.    Tujuan seksio sesarea
Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkonstraksi dan menghentikan perdarahan
Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahiran pervaginaan
3.    Tempat implantasi  plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot  dengan korpus uteri
4.    Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu
5.    Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk-keluar. 

Silahkan download selengkapnya dalam bentuk Microsoft Office Download Disini
 

Z3roCooL. Copyright 2008 All Rights Reserved