25 April 2009

ASUHAN KEPERAWATAN AIDS DAN PADA SISTEM REPRODUKSI


1. DEFINISI

AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency HIV.

(Mansjoer, 2000:162)

AIDS adalah Runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu system kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu dengan hancurnya sel limfosit T (sel-T). (Tambayong, J:2000)

AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit. (Carolyn, M.H.1996:601)

AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler akibat kehilangan kekebalan yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. ( FKUI, 1993 : 354)

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus.

2. ETIOLOGI

Penyebab AIDS adalah retrovirus (HIV/ Human Immunodeficiency Virus)yang termasuk famili retroviridae

Sarana transmisinya HIV (Retrovirus HIV) melaui :

1. Rute yang dikatahui beresiko tinggi (semen, sekresi vagina).

· Hubungan seksual.

· Homoseksual, biseksual (rute utama).

· Heteroseksual (laki-laki perempuan atau sebaliknya)

2. Darah (melalui darah murni komponen selular, plasma, factor pembeku)

· Tranfusi darah atau komponen darah.

· Jarum suntik yang dipakai bersama-sama.

· Tusukan jarum suntik (resiko rendah).

3. Perinatal

· Intra placenta

· Menyusui ASI

4. Ludah dan air mata.

(long B. C,1996;572-573)

3. PATOLOGI ANATOMI

Alat kelamin dalam Vagina (saluran senggama) merupakan saluran muskulo membranasea (otot selaput) yang menghubungkan rahim dengan dunia luar. Selaput vagina terdapat kelenjar, sehingga cairan yang selalu membasahi berasal dari kelenjar rahim atau lapisan dalam rahim. Vagina (saluran senggama ) mempunyai fungsi penting sebagaihubungan sexual, jalan lahir. Lendir vagina banyak mengandung glikogen yang dapat dipecah oleh bakteri doderline, sehingga keasaman vagina sekitar 4,5 (bersifat asam) sebagai perlindungan alamiah terhadap infeksi, apabila PH vagina terganggu akibat masuknya jamur, bakteri atau virus akan mempermudah masuknya organisme yang dapat menyebar keorgan yang lain. Pada wanita virus masuk melalui luka/lecet pada vagina

atau mulut rahim. Pada laki-laki memasuki aliran darah pada genetalianya ada luka dan lecet. Hubungan sexual melalui dubur beresiko tinggi terinfeksi, namun juga melaui vagina dan oral.

Infeksi dapat terjadi pada setiap struktur organ reproduksi. Anatomi sistem Reproduksi wanita memungkinkan naiknya organisme dari saluran bagian Bawah ke atas dan dapat mencapai rongga peritoneal, demikian pula infeksi dapat turun dari saluran. bagian atas jika terjadi penyebaran hematogen organisme dari dalam tubuh. Beberapa spesies candida dalam keadaan normal terdapat di mulut, tenggorokan & usus besar. Tetapi apabila pertumbuhan yg berlebihan dari organisme ini yg terjadi jika terdapat perubahan. dari dalam tubuh atau flora bakterial lokal menyebabkan berbagai macam penyakit infeksi.

4. PATOFISIOLOGI

Penyebab Imun pada Aids adalah suatu agen virus yang disebut dari kelompok retrovirus. Retrovirus ditularkan oleh darah melalui kontak intim (seksual) dan mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Pada retrovirus, informasi genetic ditransmisikan sebagai rantai tunggal RNA, agar RNA mereplekasi dini, informasi ini ditransfer ke dalam DNA.HIV masuk tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan secret vagina, serta transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan HIV adalah sbb:

a) Kontak seksual, baik secara vaginal, oral maupun anal dengan seorang pengidap. Kontak langsung dengan darah, produk darah, atau jarum suntik. Transfusi darah atau produk darah yang tercemar.

b) Transfusi secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya melului plasenta. Setelah masuk tubuh, virus menuju kelenjar limfe dan berada dalam sel dendritik selama beberapa hari, kemudian terjadi sindrom retraviral akut seperti flu disertai veremis hebat. Pada tubuh timbul respn imun humoral maupun seluler. Sindrom menghilang 1-3 minggu, kadar virus tinggi dalam darah diturunkan dalam system imun tubuh. Prosesnya berlangsung lama sampai terjadi keseimbangan antara pembentukan virus baru dan upaya eliminasi oleh respon imun. Serokonversi (perubahan anti bodi negative menjadi positif) terjadi 1-3 bulan menjadi infeksi, kemudian akan memasuki tanpa gejala. Dalam masa ini tejadi penurunan terhadap jumlah CD4 (jlh normal 800-10000/mm3) yang terjadi setelah replikasi persisten HIV dengan kadar RNA virus relative konstan. Perjalanan penyakit dimulai dengan human T sel lympotropik virus akan menyerang system pertahanan tubuh secara perlahan sehingga terjadi keadaan penderita seperti pada keadaan karier (pembawa) yang mengandung virus tampak sehat tetapi menjadi sumber infeksi pada orang lain. Penyakit menular seksual (PMS) dan HIV terdapat bukti kuat bahwa PMS, khususnya yang dicirikan dengan ulsersai meningkatkan penularan HIV seksual. Menurunya daya tahan tubuh seseorang yang terinfeksi HIV menjadi lebih rentan tehadap PMS atau mempermudah terjangkit infeksi bakteri, jamur dll. Normalnya vagina dilindungi dari kejadian infeksi oleh PH dan adanya basil Jika PH pada vagina terganggu kemudian terkontaminasi dengan sejumlah organisme seperti jamur dsb, atau jika wanita daya resistensinya menurun atau kekebalan tubuh menurun maka resiko untuk terjadi infeksi vagina akan tinggi.

Organisme yang menyebabkan infeksi system reproduksi paling sering karena sumber dari luar seperti pakaian, tangan, benda-benda yang masuk ke vulva vagina atau kontaminasi lain selama koitus. Lendir yang dikeluarkan sangat infeksius (bersifat menginfeksi) sehingga dapat menyebarkan penyakitnya menuju liang vagina.

Proses infeksi dapat menimbulkan abses, infeksi pada vagina seperti kandidiasis vagina yang disebabkan oleh jamur kandida alba, herpes genetalia atau perianal yang disebabkan oleh herpes simplek tipe II, apabila infeksi tersebut tidak segera diobati dapat menginfeksi organ lain pada servik disebut servisitis, peradangan tuba fallopi disebut salpingitis baik local atau menyebar ke ovarium, pelvic inflamatori, vena pelvic atau jaringan penghubung pelvic.

KLASIFIKASI AIDS PADA SYSTEM REPRODUKSI

1. Chrancroid, Limfagranuloma Venereum, Granuloma Inguinale

2. Infeksi herpes genitalis

3. Infeksi Chlamydia trachomatis

4. Infeksi kondiloma akuminata

5. Infeksi trichomonas

6. Infeksi candida

7. Vaginitis non spesif

8. Infeksi mycoplasma pada genital

(Price, S A,1995:1165-1169)

5. PATHWAY


Herpes genetalia/perianal


Ulserasi genital


6. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis pada AIDS pada gangguan reproduksi antara lain:

· Gatal, gejala utama infeksi pada vulva dan vagina, tingkatan rasa gatal sebagai tanda intensitas radang, gatal hebat pada infeksi.

· Disuria, sakit pada waktu buang air kecil dapat terjadi karena iritasi local pada meatus urinarius

· Nyeri, merupakan gejala utama dari PID ( Pelvic Inflammatory Disease ). Kronik PID nyeri tumpul pada lokasi punggung bawah sejajar dengan abdomen bagian bawah

· Pengeluaran cairan vagina, merupakan tanda utama pada peradangan organ reproduksi wanita. Karakteristik dan jumlah pengeluaran cairan melalui vagina tergantung pada jenis peradangnnya.

( Prayetni, 1996 : 40 )

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Nyeri bd inflamasi atau kerusakan jaringan: infeksi, lesi, ekskoriasi rectal, penularan nekrosis.
  2. Gangguan integritas kulit bd deficit immunologis AIDS dihubungkan dengan infeksi virus dan jamur ( herpes pseudomonas candida).
  3. Isolasi social bd perubahan status kesehatan, perubahan pada penampilan fisik, perubahan pola seksual.

8. PENGKAJIAN FOKUS

a. Aktivitas / istirahat

Gejala: Mudah lelah, progresi kelelahan / malaise, perubahan pola tidur

Tanda : Kelemahan otot, masa otot mrnurun, respon fisiologis terhadap aktivitas

b. Integritas Ego

Gejala : Faktor stress berhubungan dengan kehilangan, missal dukungnan keluarga, hubungan dengan orang lain, menguatirkan penampilan, mengingkari diagnosa, putus asa, krhilangan control diri dan depresi

Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, mgagal menepati janji untuk periksa dengan gejala yang sama.

c. Eliminasi

Gejla : Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi

Tanda : Lesi / abses rectal dan perianal, perubahan jumlah warna, jumlah dan karakteristik urin

d. Makanan / Cairan

Gejala : tidak nafsu makan, mual dan muntah

Tanda : Penurunan BB yang cepat / progresif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna, kesehatan gigi/ gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal. Sdema ( umum, dependen )

e. Higiene

Gejala : tidak dapat menyelesaikan AKS

Tanda : memperlihatkan penampilan yang tidak rapi, kekurangan dalam banyak / semua perawatan diri

f. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri umum / local, sakit terbakar, sakit kepala ( keterlibatan SSP )

Tanda : Nyeri pada kelenjar, nyeri tekan, penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan, gerak otot melindungi bagian yang sakit

g. Seksualitas

Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksualitas dengan pasangan yang positif HIV dan pasangan multiple, menurunkan libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seksual, penggunaan kondom yang tidak konsisiten

Tanda : kehamilan / resiko terhadap kehamilan, genetalia : manifestasi kulit misalnya herpes.

h. Interaksi Sosial

Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis misalnya kerabat / orang terdekat, isolasi, kesepian, teman dekat / paangan seksual, mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.

Tanda : Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat, aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.

( Doenges, 2000 : 833-836 )

    1. Keluhan utama / penyakit utama yang mencakup beberapa gejala
    2. Riwayat kesehatan yang lalu, apakah pasien pernah mendapatkan yranfusi darah
    3. Riwayat kesehatan keluarga
    4. Pola sexual dan riwayat Sexual Transmition Disease
    5. Riwayat obat-obatan
    6. Tingkat penegtahuan pasien dan keluarga

( Prayetni, 1996 : 73 )

  1. KOMPLIKASI

· Komplikasi pada system Reproduksi, selama kehamilan fetus menjadi terinfeksi dalam uterus melalui trasmisi atau penularan melalui plasenta. Cara penularan melalui kontak selama hubungan sexual yaitu bila permukaaan membrane mucous atau selaput lendir, muncul atau bersentuhan selama aktivitas sexual atau alat kelamin, oral atau anal.

· PID (pelvic Inflamatory Diseases)

· Infertil

(Long B.C. 1993: 478)

  1. DIAGNOSIS

1. Sediaan apus yang dipoles dengan giemsa ( Tzank test) untuk mencari badan inklusi

2. Biakan virus atau kultur jaringan.

3. Elektron mikroskop untuk melihat morfologi virus.

4. Serologui untuk menentukan jenis antibody spesifik dengan ELISA.

5. Pemeriksaan Immunofuoresence untuk menentukan antigen virus dan jenis immunoglobulinnya.

6. Pemeriksaan histopatologis.

(FKUI, 1994:54)

  1. INTERVENSI DAN RASIONALISASI

  1. Nyeri bd inflamasi atau kerusakan jaringan: infeksi, lesi, ekskoriasi rectal, penularan nekrosis

Tujuan :

Keluhan hilang/terkontrolnya rasa sakit, menunjukan posisi/ekspresi wajah rileks, dapat tidur/beristirahat adekuat.

· Kaji keluhan nyeri, intensitas ( skala 1-10) frekuensi dan waktu

Ras : Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan tanda-tanda perkembangan/ resolusi komplikasi

· Dorong mengungkapkan perasaan

Ras : Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit

· Instruksikan pasien untuk menggunakan bimbingan imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam

Ras : Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.

· Berikan analgetik sesuai indikasi

Ras : Memberikan penurunan nyeri atau tidak nyaman.

· Anjurkan klien untuk menghindari terpaparnya infeksi sedapat mungkin

· Ajarkan klien tentang metode sex yang aman yang mana tdak hanya untuk pencegahan terjadi transmisi tetapi juga perlindungan bagi klien itu sendiri

· Pedoman untuk sex yang aman mencakup menghindari berganti-ganti pasangan, menghindari hubungan sexual yang mengakibatkan pertukaran cairan tubuh ( semen, urin, sekresi vagina, darah dan feces ) dengan pasangan yang terinfeksi.

2. Gangguan integritas kulit bd deficit immunologis AIDS dihubungkan dengan infeksi virus dan jamur ( herpes pseudomonas candida)

Tujuan : Teknik untuk mencegah kerusakan kulit/meningkatkan kesembuhan, menunjukan kemajuan pada luka/penyembuhan.

· Pertahankan/intruksikan dalam hygiene kulit, missal membasuh kemudian mengeringkannya dengan hati-hati dan menggunakan losion atau krim

Ras : Mempertahankan kebersihan, kulit yan gkering dapat menjadi barier infeksi

· Pertahankan seprei bersih, kering dan tidak berkerut

Ras : Friksi kulit disebabkan oleh kain yang yang berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi

· Gunakan /berikan obat-obatan topical/sistemik sesuai indikasi

Ras : Digunakan pada perawatan lesi kulit (Jika menggunakan salep multidosis, perawatan harus dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang)

· Lindungi lesi atau ulkus dengan balutan basah atau salep antibiotic dan balutan nonstick (Telfa) sesuai petunjuk.

Ras : Melindungi area ulserasi dari kontaminasi dan meningkatkan penyembuhan.

3. Isolasi social bd perubahan ststus kesehatan, perubahan pada penampilan fisik, perubahan pola seksual.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan perasaan harga diri, berpartisipasi dalam aktivitas/program pada tingkat kemampuan/hasrat.

· Menentukan persepsi pasien tentang situasi

Ras : Isolasi sebagian dapat mempengaruhi pasien saat penolakan / reaksi orang lain

· Mengidentifikasi system pendukung yang tersedia bagi pasien termasuk adanya hubungan dengan keluarga

Ras : Pasien mendapat bantuan darim orang terdekat, perasan kesepian dan dirolak akan berkurang

· Mendorong adanya hubungan yang aktif dengan orang terdekat

Ras : Membantu memantapkan partisipasi pada hubungan sosial

( Doenges, 2000 : 837-856 )

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Cristian. 2001. Kamus Saku Keperawatan. edisi bahasa Indonesia. EGC: Jakarta

Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan . EGC : Jakarta

Djuanda,Adi. 1993. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. FKUI: Jakarta

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan . EGC : Jakarta

Long,B. C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. YIAPKKP: Bandung

Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculopius: Jakarta

Manuaba, I.B.G. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan : Jakarta

Prayetni.1996. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan System Reproduksi. DEPKES RI: Jakarta

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. EGC: Jakarta

I.Black, Joyce.M. 1987. Luckmann & Sorensen’s edical Surgical Nursing : APsychophysiologic. Philadelphia : W.B Saunders

0 komentar:

Post a Comment

| Silahkan pilih anonimously jika kamu tidak memiliki account yang ada dibawah | Komentar anda saat bemanfaat bagi saya |

 

Z3roCooL. Copyright 2008 All Rights Reserved