ASKEP VERTIGO TETANUS
DAN
KELAINAN OROFARING
A. DEFINISI
Adalah suatu sensasi pergerakan yang dirasa oleh penderita, perasaan berputar baik secara subjektif maupun objektif.
B. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya Vertigo dibagi menjadi:
a. Vertigo posisi
Timbul karena adanya perubahan posisi sehingga terjadi perangsangan pada kupula kanalis semisirkularis.
b. Vertigo spontan
Timbul tanpa adanya rangsangan dari luar, timbul karena penyakitnya sendiri.ex: Penyakit Menierre karena peningkatan tekanan endolimfe.
c. Vertigo kalori
C. MANIFESTASI KLINIK
a. Pusing dengan perasaan berputar
b. Kadang timbul mual atau muntah
c. Kadang timbul nistagmus
d. Tinitus
e. Fluktuasi pendengaran
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tes kalori Kobrak
Pasien tidur fleksi 300 atau duduk dengan kepala ekstensi 600 dgn semprit 5 / 10 ml(ujung jarum disambung kateter) air es 00 C (5 ml) selama 20 detik N= 120-150/dtk, < 120/dtk menandakan paresis kanal.
b. Tes Kalori bitermal
c. ENG (Elektronistagmography) d. Tes Nistagmus spontan e. Tes Nstagmus posisi
E. PENATALAKSANAAN
- Pengobatan simtomatik (anti sedative, anti emetik dll)
- Jika Vertigo disebabkan oleh Menierre disease dapat diberikan vasodilator perifer ataupun dilakukan op dengan membuat shunt
- Jika karena debris dipasang vibrator
- Pada Vertigo servikal dilakukan traksi leher, fisioterapi maupun latihan.
F. PENGKAJIAN
- Riwayat penyakit : keluhan vertigo, kapan serangan1, dan berapa kali sekarang sampai sekarang.
- Intensitas vertigo(mengalami fluktuasi atau tidak)
- Riwayat penyakit sebelumnya : trauma kepala, hipertensi, hipotensi, infeksi telinga tengah dll
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.
2. Kerusakan penilaian b/d ketidakmampuan yang memerlukan perubahan gaya hidup akibat vertigo yang tidak dapat diperkirakan.
3. Resiko terhadap kekurangan volume cairan b/d haluaran cairan, perubahan masukan dan obat – obatan.
4. Ansietas b/d ancaman perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.
5. Resiko tinggi terhadap trauma b/d kesulitan keseimbangan.
ASKEP TINITUS
A. DEFINISI Adalah bunyi abnormal yang didengar penderita yang berasal dari dalam kepala (telinga berdengung) Berdasarkan sifatnya Tinitus dibagi menjadi:
1.Tinitus Objektif: Bila pemeriksa juga ikut mendengar suara
2. Tinitus subyektif: Hanya didengar oleh penderita
B. ETIOLOGI
- Gangguan vaskuler seperti aneurisma , aterosklerosis, tumor karotis. Bunyi tinitus seirama dengan denyut nadi bila kita mendengarkan dengan stetoskop pada aurikula ataupun daerah sekitar telinga.
- Gangguan mekanis ,ex : Tuba Eustachius membuka ketika bernapas sehingga membran timpani bergerak. - Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius serta otot
– otot palatum.
- Tuli sensorial
- Intoksikasi obat ( Salisilat, Kina, Streptomycin dll)
- Hipertensi endolimfatik
- Gangguan vaskuler koklea terminal pada penderita stress oleh karena gangguan keseimbangan endokrin( menjelang menstruasi, hipometabolisme atau pada saat hamil)
C. PATOFISIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala pada tinitus umumnya penderita merasa mendengar suara yang bergemuruh, dalam intensitas rendah amupun tinggi.
E. PENATALAKSANAAN
- Penyamaran tinitus
- Penjelasan yang baik karena rasa takut dapat memperberat keluhan selain itu dan jelaskan bahwa ini adalah gangguan yang sulit diatasi sehingga sebaiknya penderita berdaptasi dengan kondisi seperti ini.
- Obat penenang maupun obat tidur jika tinitus sangat mengganggu kebutuhan tidur penderita.
F. FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman
2. Perubahan persepsi sensori
3. ……………………………..
KELAINAN OROFARING
A. DEFINISI
Adalah peradangan akut yang terjadi pada tonsil maupun faring dan dapat mengenai semua umur.
1.Tonsilitis dan faringitis akut Peradangan ini disebabkan oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus, Streptokokus Virridans, Streptokokus Pyogenes. Selain itu juga bisa disebabkan oleh infeksi virus seperti Adenovirus, Influenza, dan Herpes.Peradangan ini bisa ditularkan melalui droplet. Patologi
Mula – mula terjadi infiltrasi pada lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi dengan terjadinya pembendungan peradangan dengan infiltrasi PMN. Proses ini secara klinis tampak detritus yang makin lama main melebar sehingga terbentuk membran semu (pseudomembran). Jika terlihat jelas maka disebut Tonsilitis Folikularis dan jika sudah menjadi satu disebut Tonsilitis lakunaris. Manifestasi Klinis - Suhu tubuh meningkat samapai 40 0 C - Nyeri di sendi serta nyeri telan - Odimofagi - Anorexia - Otalgia karena melibatkan N IX - Kelenjar submandibula membengkak - Pada pemeriksaan didapatkan faring hiperemis, tonsil membengkak, detritus. Komplikasi Komplikasi yang sering muncul yaitu OMA, Abses peritonsil dan parafaring, Toksemia, septicemia, brokitis akut, nefitis akut, miokarditis serta arthritis. 2. Tonsilitis Membranosa a. Tonsilitis Difteria Disebabkan oleh Corynobacterim diphteriae gram (+) Kuman ini normalnya berada terdapat di saluran napas bagian atas: hidung, faring, laring dan tidak semua yang terinfeksi menjadi sakit depend on titer antitoksin dalam darah seseorang ( 0,03 sat/cc) Manifestasi klinis Pada umumnya akan ditemukan membran semu di tonsil, namun gejala dari Tonsilitis bentuk ini dapat dibedakan menjadi: - Gejala umum Suhu subfebril, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah serta nadi lambat. - Gejala Lokal Nyeri untuk menelan, tosil membengkak ditutupi oleh bercak putih kotor, makin lama makin meluas dan bersatu membentuk pseudomembran dan akan mengalami perdarahan jika diangkat, kelenjar limfe leher membengkak disebut dengan Burgemeesters hals - Gejala akibat eksotoksin Jantung---Miokarditis, Saraf cranial---Motorik dan jika mengenai ginjal teerjadi Albuminuria. Pemeriksaan Dilakukan pemeriksaan lab. pembuatan preparat langsung kuman. Komplikasi Laringitis difteri, Miokarditis, Kelumpuhan otot mole, faring dan laring,Albuminuria. b. Tonsilitis septic. Penyebab dari tonsillitis ini yaitu Streptococcus haemolitycus dalam susu sapi sehingga menjadi epidemi. Manifestasi klinis. - Demam tinggi 39 – 41 0C dan timbul mendadak, kadang disertai mual dan muntah. - Nyeri telan dan nyeri di seluruh tubuh. - Lemah. - Nyeri kepala hebat. Pemeriksaan. Pada mukosa faring dan tonsil hyperemis dan adanya bercak putih abu, edema sekitar uvula dan mulut berbau (foetor ex ore). Komplikasi. Otitis media, laryngitis, pembesaran kelenjar limfe mandibula. Terapi a. Pencegahan Untuk mencegah terjadinya epidemi dengan cara pasteurisasi. b. Kausal. Antibiotik (sulfonamid) untuk S. haemolityc. c. Symptomatic. 3. Tonsilitis kronik. Penyebabnya sama dengan tonsillitis akut, sedangkan factor predisposisinya berupa rangsangan menahun, pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat, hygiene yang buruk. Pathologic Karena proses radang berulang, epithel mukosa dan jaringan limfoid terkikis sehingga terjadi penyembuhan yang akan digantikan oleh jaringan parut jaringan limfoid mengalami pengerutan ruang antara kelompok melebar (pelebaran diisi detritus) menembus kapsul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Manifestasi Pembesaran tonsil dengan permukaan tidak rata, criptus melebar terisi detritus, pernapasan bau, tenggorokan kering.
Terapi
- Terapi local: hiegyene mulut (obat kumur).
- Terapi radikal dengan tonsilektomy. Komplikasi Di daerah sekitar bisa terjadi rhinitis, sinusitis maupun otitis media. Sedangkan di organ yang jauh bisa terjadi endocartitis, arthritis, myositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, furunkulosis.
- Fokus intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan.
3. ……………………………………