MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I
“KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK”
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan fisik lebih dari satu rangkaian latihan tehnikal. Hal itu merupakan tuntutan yang sama sensitifnya dengan kebutuhan fisik dan psikologis anak yang sulit dikenal dan tidak sama dengan yang lainnya.
Pendekatan dalam pemeriksaan fisik bergantun pada umur dan perbedaan anak. Pada bayi dan anak kecil akan merasa lebih aman dan berkurang rasa takutnya dengan kehadiran orang tua, misalnya ibu.
Cara pemeriksaan bayi dan anak pada umumnya sama dengan pemeriksaan pada orang dewasa, yaitu inspeksi, palpasi (periksa raba ).perkusi ( periksa ketuk ), dan auskultasi (periksa dengar dengan menggunakan stetoskop), observasi (pengamatan secara seksama)
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki,namun tidak harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang menggunakan alat seperti pemeriksaan tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan lain-lainnya sebaiknya dilakukan paling akhir,karena dengan melihat atau memakai alat-alat, umumnya anak menjaadi takut atau merasa tidak nyaman,sehingga menolak dipetiksa lebih lanjut
B. TUJUAN
A. Tujuan Umum:
Mampu menjelaskan tentang konsep pemeriksaan fisik pada anak.
B. Tujuan Khusus:
· Menjelaskan pengertian pengkajian fisik
· Menjelaskan tujuan pemeriksaan fisik pada anak
· Menjelaskan tehnik pemeriksaan fisik sesuai usia
· Melaksanaan pemeriksaan fisik pada anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai secara wawancara, terutama dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih formal,alat-alat untuk perkusi,palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk memantapkan dan menyaring pengkajian sistem tubuh.Seperti pada riwayat kesehatan, obyekyif dari pengkajian fisik adalah untuk merumuskan diagnsa keperawatan dan mengevaluasi keefektivan intervensiterapeutik.
( Wong,2003)
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan,dimana tiap tahap perawatan melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasil wawancara, laporan teman sejawat, catatan keperawatan, atau catatan kesehatan lain dan pengkajian fisik.
( Robert Priharjo, 1993 )
Physical examination merupakan tehnik maneuver yang terdiri dari beberapa rangkaian, yang masing-masing anak memlik sensifitas dan verbal baik fisik maupun spikologik.
( Wong, 1993 )
Pendekatan umum pemeriksaan fisik anak
Pemeriksaan fisik lebih dari suatu rangkaian latihan tehnikal. Hal itu merupakan tuntutan yang sama sensivitasnya dengan kebutuhan fisik dan psikologik anak yang sulit di kenal dan tidak sama dengan yang lainnya.
( Wong, 1993 )
B. TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK
Tujuan pemeriksaan fisik adalah memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik pasien. Karena sifat alamiah bayi dan anak, ururan pemeriksaan tidak harus menuruti sistematika yang lazim pada orang dewasa. Dalam pemeriksan anak harus memperhatikan kebutuhan perkembangan mental anak. Penggunaan perkembanagn mental dan kronologi umur sebagai kriteria utama dalam pengkajian tiap sistem tubuh memudahkan/menyelesaikan dari beberapa tujuan, diantaranya :
1. Meminimalkan steres dan ansietas yang berhubungan dengan pengkajian pada baguan-bagian tubuh yang berbeda.
2. Memelihara dan membina hubungan saling percaya antara perawat, anak dan orang tua.
3. Memberikan persiapan yang maksimum pada anak.
4. Memberikan perlindungan yang esensial pada hubungan antara orang tua-anak, terutama dengan anak kecil.
5. Memaksimalkan keakuratan dan reabilitas hasil pengkajian.
C. PEMERIKSANAAN ANAK
Walaupun pemeriksaan fisik dilakukun dengan prosedur yang tidak menyebabkan rasa saki, tetapi kepada seorang anak dengan menggunakan jari, telapak tangan, lengan, pemeriksaan dalam telinga dan mulut,menekn abdomen dan mendengarkan dasa dengan permukaan metal yang dingin dapat menimbulkan stresful. Pemeriksaan fisik ini harus menjadi hal yang menyenangkan dan sama baik hasilnya. Misalnya dengan anak pre school dan yang lebih tua perawat dapat menggunakan gambar atau boneka untuk membantu anak belajar tentang tubuh mereka.
Tehnik “Paper Doll” merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengajarkan anak tentang bagian tubuh mereka yang diperiksa. Kesimpulannya adalah saat kunjungan anak dapat membawa paper doll sebagai pengingat pengalaman. Banyak permintaan anak yang sangat kooperatif ketika orang tua bersama mereka. Hal ini ada yang menyebabkan, bagaimanapun saat anak yang lebih tua terutama adolence lebih memilih di periksa sendiri pada pemeriksaan genetalia, sering anak yang sedang diperiksa juga disertai saudara kandungnya yang dapat menyebabkan ke tidak teraturan kerena ada boredom.
Sebuah taktik untuk membantu mereka adalah untuk memberikan mereka kesempatan untuk mencoba alat pemeriksaan seperti stetoskop atau spatel lidah dan memuji anak atas “Bantuannya”selama pemeriksaan.
D. KOMUNIKASI SEBELUM PEMERIKSAAN FISIK
Sebagai tenaga medis sebelum melakukan pemeriksaan hendaknya jangan mengabaikan komunikasi walaupun pada anak sekalipun. Hal ini bertujuan agar nantinya ia mendapatkan informasi yang akurat dengan pasien. Adapun komunikasi yang dilakukan perawat sebelum melakukan pemeriksaan fisik antara lain:
1. Bicara terlebih dahulu pada orang tua, tunjukkan bahwa kita akan membina hubungan yang baik dengannya. Dengan demikian, anak akan melihat bahwa kita berbuat baik terhaap orang tuanya. Kemudian perhatian kita alihkan pada anak dengan tujuan semula, yaitu melakukan pengkajian.
2. Mulai kontak dengan anak dengan menceritakan sesuatu yang lucu. Dengan demikian diharapkan anak akan tertarik dengan pembicaraan perawat dan mau bekerja sama.
3. Gunakan mainan sebagai pihak ketiga dalam bentuk yang lain sebagai titik masuk berbicara pada anak. Hal ini akan sangat efektif terutama pada anak usia toddler dan anak pra sekolah
4. Apabila memungkinkan, ajukan pilihan pada anak tersebut tentang pemeriksaan yang diinginkan, sambil duduk atau di tempat tidur, atau di pangku oleh orangtuanya.
5. Pemeriksaan yang menimbulkan trauma dilakukan paling terakhir. Dengan demikian, pilih pemeriksaan yang paling sederhana atau yang dapat dilakukan sambil bermain terlebih dahlu.
6. Hindarkan pemeriksaan dengan menggunakan alat yang menimbulkan rasa takut, misalnya termometer atau stetoskop yang terasa dingin
E. PENATALAKSANAAN
A. PERSIAPAN ALAT
1. Pengukur/meteran/penggaris/Stadiometer
2. Penimbang BB
3. Termometer dan spekulum
4. Optalmoskop
5. Arloji berdetik
6. Manset:
· Bayi baru lahir ukurannya : lebar kantong 2,5-4,0 cm dan panjang Kantongnya 5,0-9,0 cm
· Bayi ukurannya:lebar kantong 4,0-6,0 cm dan panjang kantongnya 5,0-9,0
· Anak-anak lebar kantong 7,5-9,0 Cm dan panjang kantongnya
17,0-19,0 cm.
7. Stesoskop
8. Oksilometri
9. Peniti,kapas, objek dingin/kapas
10. Spatel lidah
11. Garpu tala
12. Snellen
13. Senter
14. Gambar warna
B. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN FISIK ANAK
Posisi | Urutan | Persiapan |
Bayi · Sebelum dapat duduk sendiri: Terlentang atau telungkup atau lebih baik di pangkuan orang tua. · Usia 4 sampai 6 bulan dapat di tempatkan di atas meja periksaan. · Setelah dapat duduk sendiri: Gunakan posisi duduk di pangkuan orang tua jika mungkin · Jika diatas meja, tempatkan dan pandangan penuh pada orang tua. | · Bila tenang auskultai jantung, paru, abdomen · Catat frekuensi jantung dan pernafasan. · Palpasi dan perkusi area yang sama · Lanjutkan dengan arah biasa,kepala ke kaki · Lakukan prosedur traumatic di bagian akhir, mata, telinga, mulut (sambil menangis) · Munculkan reflek-reflek saat bagian tubuh tersebut diperiksa · Lakukan pemeriksaan reflek Moro di bagian akhir | · Lepaskan semua pakaian bila suhu ruangan memungkinkan. · Biarkan popok terpasang pada bayi · Tingkatkan kerja sama dengan distraksi,obyek erang,bunyi-bunyi dengan mulut,bicara. · Berikan kotak kecil dikedua tangan bayi yang lebih besar,sampai pelepasan volunter berkembang di akhir tahun pertama,bayi tidak mampu menggenggam obyek(misalnya stetoskop,otoskop) ( Farber,1991 ) · Tersenyum pada bayi gunakan suara yang lembutdan perlahan · Tenangkan dengan sebotol air gula atau makanan . · Minta bantuan orang tua untuk memegang bayi pada pemeriksaan telinga dan mukut. · Hindari gerakan yang kasar dan mengejutkan. |
Usia Bermain · Duduk atau berdiri diatas atau disamping orang tua. · Telungkup atau terlentang dipangkuan orang tua. | · Inspeksi area tubuh,melalui permainan “Hitung Jari” gelitik jari kaki. · Gunakan kontak fisik minimal diawal pemeriksaan. · Kenalkan alay dengan perlahan. Auskultasi,perkusi,palpasi bila tenang · Lakukan prosedur traumatic terakhir (sama dengan bayi) | · Minta orang tua untuk melepaskan pakaian bagian luar · Lepaskan pakaian dalam pada saat tubuh tersubut di periksa · Izinkan untuk melihat-lihat alay,menunjukkan penggunaan alat biasanya tidak efektif · Jika tidak kooperatif lakukan prosedur dengan cepat · Gunakan restrain bila tepat,minta bantuan orang tua. · Bicarakan pemeriksaan bila dapat bekerja sama :gunakan kalimat pendek. · Berikan pujian untuk perilaku kooperatif. |
Anak Pra Sekolah · Lebih suka berdiri atau duduk. · Biasanya kooperatif dengan posisi telungkup/atau terlentang menyukai kedekatan dengan orang tua. | · Jika kooperatif ,lakukan dari kepala ke jari kaki. · Bila tidak kooperatif,lakukan seperti pada anak usia bermain. | · Minta anak melepaskan pakaiannya. · Izinkan untuk menggunakan celana dalam bila malu. · Berikan kesempata untuk melihat alat:tunjukkan dengan singkat penggunaannya. · Buat cerita tentang prosedur :”saya mau melihat seberapa kuat otot-ototmu” · Gunakan tehnik boneka kertas · Beri pilihan jika mungkin · Hargai kerja sama : gunakan pernyataan positif ”Buka Mulutmu” |
Anak Usia Sekolah · Menyukai duduk · Kooperatif hampir semua posisi anak kecil menyukai kehadiran orangtua. · Anak yang lebih besar menyukai privasi. | · Lakukan dari kepala dan kaki · Bila tidak kooperatif ,lakukan seperti pada anak usia bermain. | · Minta untuk melepaskan pakain sendiri. · Biarkan untuk memakai celana dalam · Beri skor untuk dipakai · Jelaskan tujuan peralatan dan kepentingan prosedur seperti otoskop untuk melihat gendang telinga,yang diperlukan untuk mendengar. · Ajarkan tentang fungsi tubuh dan perawatannya. |
Remaja · Sama dengan anak usia sekolah · Berikan pilihantentang keberadaan orang tua. | · Sama dengan anak usia sekolah yang lebih besar. | · Izinkan melepaskan pakaian sendiri. · Beri Skort · Buka hanya area yang akan diperiksa · Hargai kebutuhan privacy · Jelaskan temuan-temuan selama pemeriksaan. ”ototmu kuat dan padat” · Beri keterangan tentang perkembangan seksual : “Payudaramu sedang berkembang seperti seharusnya“ · Tekan kenormalan perkembangan. · Periksa genetalia seperti bagian tubuh yang lain:dapat di lakukan di akhir. |
C. PENGAKAJIAN FISIK BBL (BAYI BARU LAHIR)
Pengkajian | Temuan biasa | Variasi Umum/Abnormalitas Minor | Tanda Potensial Kegawatan/Abnormalitas Utama |
Pengukuran umum | - Lingkar kepala 33-35 cm - Lingkar dada 30,5-33 cm - Lingkar kepala harus kira-kira 2-3 cm > dari lingkar dada - Panjang kepala ke tumit 48-53 cm - Beart badan lahir 2700-400g | - Molding setelah kelahiran dapat mengubah atau menurunkan lingkar kepala - Lingkar kepala dan lingkar dada mungkin sama untuk 1-2 hari pertama setelah kelahiran - Berat badan bayi lahir menurun 10% dalam minggu pertama ; meningkat kembali dalam 10-14 hari | - Lingkar kepala < persentil ke-10 atau > persentil ke-90 - Berat badan lahir < persentil ke-10 atau > persentil ke-90 |
Tanda Vital 1. Suhu 2. Frekuensi Jantung 3. Pernapasan 4. Tekanan darah | Axila : 36.5-370C Apikal : 120-140 denyut/menit 30-60 kali/menit 65/41 mmHg | - Menagis dapat sedikit meningkatkan suhu tubuh - Radian penghangat akan meningkatkan suhu aksila - Menagis akan meningkatkan frekuensi jantung : tidur akan menurunkan frekuensi jantung - Selama periode pertama reaktivitas (6-8 jam), frekuensi dapat mencapai 180 denyut/menit - Menangis akan meningkatkan frekuensi pernafasan ; tidur akan menurunkan frekuensi pernafasan - Selama periode pertama reaktivitas (6-8 jam), frekuensi dapat mencapai 80 kali/menit - Menangis akan meningkatkan tekanan darah | - Hipotermi - Hipertermi - Bradikadia : frekuensi istirahat di bawah 80-100 denyut/menit - Takikardia : frekuensi kira-kira 160-180 denyut/menit - Takipne : frekuensi di bawah 60 kali/menit - Tekanan sistolik pada manset < dari 6-9 mmHg < dari tekanan diekstremitas atas |
Penampilan umum | Postur Fleksi kepala dan ekstremitas, dengan iatirahat telentang dan telungkup | Frank Breech Kaki diekstensikan, diabduksikan dan paha dirotasi penuh, oksiput didatarkan, leher diekstensikan | Postur timbang, ekstensi ekstremitasnya |
Kulit | - Pada saat lahir, merah terang, menggelembung, halus - Hari ke 2 - ke 3 merah muda, mengelupas, kering - Verniks carseosa - Lanugo - Edema disekitar mata, wajah, kaki, punggung tangan, telapak, dan scrotum/labia - Perubahan warna normal: Akrosianosis adalah sianosis tangan dan kaki Kutis marmorata | - Ikterik neonates setelah 48 jam pertama - Ekimosis atau petekie karena trauma kelahiran Milia ; kelenjar sebasea terdistensi tampak sebagai papula putih kecil pada pipi, dagu dan hidung Milliaria/Sudamina : kelenjar kerngat terdistensi (ekrin) yang tampak sebagai vesikel menit, khususnya pada wajah Eritema Toksikum : ruam popular merah muda dengan vesikel yang tumpang tindih pada dada, pungung, bokong dan abdomen ; dapat tampak dalam 24-48 jam dan hilang setelah beberapa hari. Perubahan warna : Herleqiun : perubahan warna jelas terlihat saat bayi berbaring miring ; setengah bawah tubuh menjadi merah muda dan setengah atas pucat Nevus flammeus : merah kebiruan gelap (port-wine-stain) biasanya pada leher dan wajah Mongolian spot : area ireguler pigmentasi biru tua, biasanya pada bagian sacral dan gluteal ; terlihat terutama pada bayi baru lahir dari orang asli Amerika, Afrika, Asia atau keturunan hispanik Telangiektatik nevi (gigitan bangau) : area terlokalisir merah muda dalam, datar biasanya terlihat dibagian belakang leher | - Ikterik berlanjut,khususnya pada 24 jam pertama - Kulit memucat - Sianosisi umum - Pucat - Keabu-abuan - Plethora (darah dalam jumlah berlebihan) - Motting : umum dan menetap - Hemoragi, ekimosisi, atau petekie yang menetap Sklerema : kulit keras dan kaku turgor kulit buruk, ruam, pustule/lepuh Bercak Café Au Lait : bercak coklat terang |
Kepala | Fontanel anterior Bentuk berlian 2,5 – 4.0 cm Fontanel posterior : - Bentuk segitiga 0,5-1cm - Fontanel harus datar, lunak, dan padat - Begian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang, bukan dari sutura ke sutura | - Molding setelah persalinan vaginal - Sagital ketiga (parietal) fontanel - Penonjolan fontanel karena menangis atau batuk Kaput suksedaneum : - Edema jaringan kulit kepala yang lunak yang melewati garis sutura Sefalhematoma (tidak rumit) : diantara periosteum dan tulang tengkorak yang dibatasi dengan batas khusus dan tidak melewati garis sutura. | - Sutura menyatu - Penonjolan atau depresi fontanel ketika bayi tenang - Pelebaran sutura dan fontanel Kraniotabes : - Sensani tajam sepanjang sutura lambdoidal yang mirip lekukan bola pingpong |
D. PROSES PENGKAJIAN
Pengkajian | Prosedur |
Tinggi/panjang badan | 1. Panjang rekumben pada anak dibawah usia 24-36 tahun 2. Tempatkan terlentang dengan kepala digaris tengah 3. Pegang lutut dan dorong dengan perlahan kea rah meja untuk kaki ekstensi penuh 4. Ukur dari vertex (puncak) kepala sampai tumit kaki (jari kaki mengarah ke atas) 5. Tinggi berdiri pada anak lebih dari 24 sampai 36 bulan 6. Lepaskan kaos kaki dan sepatu 7. Minta anak berdiri setinggi mungkin, punggung tegak kepala digaris tengah dan mata melihat lurus kedepan 8. Periksa fleksi lutut, kemerosotan bahu, peninggi tumit 9. Ukur puncak kepala sampai permukaan berdiri 10. Ukur sampai cm 1/8 atau ¼ inci yang terdekat |
Berat badan | 1. Timbang bayi dan anak kecil telanjang diatas skala tipe platform ; lindungi bayi dengan menempatkan tangan diatas tubuh untuk mencegahnya menjatuhkan skala 2. Timbang anak yang lebih besar dengan memakai pakaian dalam (tanpa sepatu) pada timbangan tegak 3. Periksa apakah skala seimbang sebelum digunakan 4. Tutupi timbangan dengan selembar kertas bersih untuk masing-masing anak 5. Ukur samapi 10gr atau ½ once yang terdekat untuk bayi dan 100gr atau ¼ pon untuk anak-anak |
Lingkar kepala (HC) | Ukur dengan kertas atau pita tembaga pada lingkar yang terbesar dari puncak alis, mata dan pinna telinga ketonjolan oksipital tengkorak. |
Lingkar dada | 1. Ukur melingkari dada pada garis putting susu 2. Idealnya lakukan pengukuran selama inspirasi dan ekspirasi, catat rata-rata dari dua nilai. |
Ketebalan lipatan kulit dan lingkar lengan | 1. Pengukuran ketebalan lipatan kulit trisep - Dengan lengan kanan anak fleksi 900 pada siku, tandititik tengah antara akronim dan olekranon pada aspek posterior lengan - Dengan lengan menggantung bebas, genggaman lipatan kulit antar ibu jari dan jari tengah 1 cm diatas titik tengah. - Dengan perlahan trik lapisan menjauh dari otot dasar dan terus pegang sampai pengukuran selesai - Tempatkan caliper jaws (jangka lengkung) diatas lipatan kulit paa tanda tengah ; bila menggunakan jangka lengkung plastik (missal, adipometer Ross), beri tekanan dengan ibu jari untuk mensejajarkan garis pada jangka, ikut arahan tersebut untuk jangka yang lain - Perkiraan pembacaan sampai paling dekat 1,0 mm, 2-3 detik setelah pemberian tekanan 2. Pengukuran lingkar lengan tengah - Ikuti prosedur seperti di atas, tetapi sebagai ganti penggenggaman lipat kulit dan penggunaan jangka lengkung, tegang kertas atau pita ukur tembaga melingkar lengan atas pada titik tengah - Ukur sampai dekat 1 cm |
Pengukuran fisiologi (tanda-tanda vital) Suhu Nadi Pernapasan Tekanan darah | Idealnya, diukur ketika anak tenang; karenanya, catat nilai dan perhatikan aktivitas seperti menagis. a. Thermometer kaca mercuri b. Suhu oral Letakkna di bawah lidah di dalam kantong sublingual posterior kanan atau liri, buka di depan lidah, minta anak untuk tetap mengatupkan mulutnya tanpa menggigit termometer c. Suhu aksila Tempatkan di bawah lengan dengan ujungnya dibagian tengah aksila dan dekatkan dengan kulit, bukan pakaian, tahan tangan anak untuk menjepitnya d. Suhu rektal 1. Masukkan ujung yang telah diberi pelumas tidak lebih dari 2,5 cm (1 inci) ke dalam rectum, pegang thermometer dengan hati-hati 2. Anak dapat dimiringkan, telentang atau posisi telungkup (missal; telentang dengan lutut fleksi ke arah abdomen); tiup penis, karena prosedur ini sering merangsang urinasi 3. Anak kecil dapat ditempatkan pada posisi telungkup dipangkuan orang tua e. Thermometer elektronik 1. Pengukuran suhu dengan komponen eklektronik disebut tesmitor yang ditempel pada ujung plastic dan alat tembaga dari baja yang dihubungkan kea lat pencaytat elektronik suhu, yang diukur akan tampak pada display dalam 60 detik 2. Tempatkan prob di dalam mulut, aksila, rectum seperti thermometer merkuri f. Sensor membrane timpani 1. Termometer inframerah mengukur radiasi termal dari membrane timpani; suhu yang diukur akan tampak pada display digital dalam 1 detik 2. Masukkan ujung alat yang tertutup dengan perlahan ke dalam liang telinga kea rah titik tengah antara alis mata dan cabang yang berlawanan 3. Untuk hasil yang paling akurat, perenggangan liang telinga untuk sensor mengukur panas dari gendang telinga, bukan sisi liang, lakukan 3 pengukuran dan catat pembacaan yang tertinggi g. Thermometer strip plastik (termograf) 1. Perubahan warna sebagai respon terhadap perubahan suhu 2. Tempatkan pada dahi sampai terjadi perubahan warna biasanya memerlukan waktu kurang dari 15 detik 3. Beberapa digunakan seperti thermometer merkuri oral h. Thermometer digital 1. Terdiri dari alat yang berhubungan dengan chipe mikro prosesor, yang menerjemahkan sinyal ke dalam derajat dan mengirimkan pengukuran suhu 2. Digunakan seperti thermometer merkuri i. Tempat-dot 1. Penggunaan tunggal thermometer sekali pakai dengan campuran kimia tertentu pada setiap lingkaran yang mengubah warna untuk mengukur peningkatan suhu setiap 0,2 derajat 2. Digunakan seperti thermometer merkuri diletakkna pada mulut (1 menit), aksila (3menit), dan rectum (3 menit); perubahan warna dibaca 10-15 detik setelah mengangkat thermometer 1. Ukur nadi apikal pad anak-anak usia 2 sampai 3 tahun. Titik intensitas maksimum terletak di bagian lateral sampai ke putting susu pada ruang antar iga ke 4 sampai ke 5 atau garis midklavikularis 2. Titik nadi radialis pada anak-anak usia lebih dari 2 sampai 3 tahun 3. Hitung nadi selama 1 menit penuh, khususnya bila terjadi ketidakteraturan 4. Untuk mengulang pengukuran, hitung nadi selama 15 atau 30 detik dan kalikan dengan 4 dan 2 berturut-turut Observasi frekuensi pernafasan selama 1 menit penuh pada bayi dan anak kecil, observasi gerakan abdomen pada anak yang lebih besar, observasi gerakan toraks 1. Gunakan ukuran manset yang tepat (ukuran manset mengacu hanya pada kantong bagian dalam yang dapat dikembangkan, bukan kain atau plastic penutupnya) 2. Report of the Second Task Force (1987) menganjurkan : a. Lebar yang cukup untuk penutup kira-kira 75% lengan atas diantara puncak bahu dan elekranon b. Panjang yang cukup untuk melingka penuh pada anggota gerak dengan atau tanpa putaran ulang c. Ruang yang cukup pada fosa antekubital untuk menempatkan stetoskop d. Ruang yang cukup pada tepi atas untuk mencegah obstruksi pada aksila 3. American health association (frohlich, 1998) menganjurkan : a. Lebar 40% sampai 50% lingkar anggota gerak ; ukur pada lengan atas bagian tengah antara bahu puncak dan olekranon b. panjng yang cukup untuk melingkar penuh pada tungkai atau tanpa putaran ulang c. untuk isi pengukuran lain, panduan tersebut diatas, dapat digunakan meskipun ukuran anggota gerak (misal; bentuk paha konikal) mungkin membuat penempatan manset kurang tepat d. gunakan posisi yang sama, missal; berbaring atau duduk dan lengan kanan untuk pengukuran e. posisi anggota gerak setinggi jantung f. kembungkan manset dengan cepat kira-kira 20 mmHg diatas titik dimana nadi radial menghilang g. lepaskan tekanan manset dengan kecepatan kira-kira 2-3 mmHg per detik selama auskultasi arteri h. baca manometer grafisasi air raksa setingia mata i. catat nilai tekanan sistolik sebagai awal dari bunyi berderak yang jerbih (bunyi korotkof I) j. catat tekanan diastole pada bunyi korotkof ke 4atau K4 dan ke5 atau K5 (hilangnya semua suara) sejalan dengan tekanan sistolik, anggota gerak, posisi, ukuran manset dan metode, misal; TD=100/60/54 mmHg, lengan atas, duduk, dengan manset anak dan menggunakan auskultasi 4. Anak Dibawah 3 Tahun, Posisikan Telengkup Dengan Telinga Diperiksa Menghadap Atap, Sandarkan Anak, Gunakan Bagian Tubuh Atasuntiik Merestrin Tangan Dan Tubuh, Dan Tangan Yang Memeriksa Untuk Merestrin Kepala. § Ubah Posisi: Dudukkan Anak Pada Posisi Miring Di Atas Pangkuan Orang Tua Minta Orang Tua Memeluk Anaknya Dengan Aman Melingkari Tubuh Dan Tangan Serta Puncak Kepala § Masukkan Spekulum Diantara Posisi Jam 3 Dan 9 Dengan Miring Ke Bawah Dan Ke Depan § Tarik Pinna Ke Bawah Dan Ke Belakang Pada Rentang Jam 6 Sampai 9 5. Anak Lebih Dari 3 Tahun , Periksa Saat Duduk Dengan Kepala Miring Sedikit Menjauh Dari Periksa (Bila Anak Perlu Restrin, Gunakan Salah Satu Dari Posisi Yang Telah Disebutkan Diatas) § Tarik Pinna Keatas Dan Kebelakang Pada Posisi Jam 10 § Masukkan Spekulum 0.6 Sampai 1,25cm, Gunakan Spekulum Yang Terlebar Yang Mudah Masuk Ke Diameter Kanal. 6. Kaji Pendengaran 7. Tes rinne, letakkan batang vibrasi dan garpu tala pada tulang mastoid sampai anak tidak lagi mendengar bunyinya, gerakan gigi garpu dekat lubang telinga. 8. Tes weber, pegang garpu tala pada garis tengah kepala atau dahi 9. Inspeksi ukuran, penempatan, dan kesejajaran, tarik garis vertikal imajiner dari titik tengah antara mata dan titik bibir atas. |
Hidung | Vestibula anterior, tengadahkan kepala ke belakang, dorong ujung telinga keatas, dan sinari lubang dengan sinar kilat, untuk mendeteksi perforasi septum, arahkan cahaya kesalah satu lubang hidung dan observasi lewatnya sinar melalui perforasi. |
Mulut dan tenggorok | 1. Bibir, perhatikan warna, tekstur, dan lesi sebelumnya 2. Struktur Internal - Minta kerjasama anak untuk membuka mulut lebar-lebar dan mengatakan "aahh", biasanya tidak perlu menggunakan spatel lidah - Dengan anak posisi telentang kedua tangan diangkat disepanjang sisi kepala, minta orang tua memobilisasi kepala, mungkin perk menggunakan spatel lidah, tetapi hindari menimbulkan reflek muntah dengan menekan hanya bagian samping lidah, gunakan lampu senter untuk penyinaran yang baik |
Dada | 1. Inspeksi ukuran bentuk,kesemetrisan, gerakan dan perkembangan payudara 2. Gambarkan pertemuan sesuai garis gemografis dan imajiner 3. Lokalisasi ruang interkosta (ICS), ruang langsung dibavih iga, dengan mempalpasi dada secara inferior dari iga ke dua 4. Petunjuk lain - Putting biasanya pada ICS ke 4 - Ujung iga ke-11 teraba pada lateral - Ujung iga ke-12 teraba pada posterior - Ujung scapula pada iga |
Paru-paru | 1. Evaluasi gerakan pernapasan: frekuensi, irama, kedalaman, kuantitas dan karakter 2. Dengan anak pada posisi duduk, tempatkan kedua tangan datar di punggung atau dada dengan ibu jari di garis tengah sepanjang tepi kostal bawah 3. Fremilus vocal-palpasi seperti diatas dan anak mengatakan "99" atau "eee" 4. Perkusi kedua sisi dada dalam urutan dari apeks ke dasar 5. Untuk paru-paru anterior, anak duduk atau telentang 6. Untuk paru-paru posterior, anak duduk 7. Auskultasi pernapasan dan bunyi suara intensitas nada, kualitas, durasi relative dan inpsirasi dan ekspiras |
Jantung | Instruksi umum 1. Mulai dengan inspeksi, diikuti dengan palpasi, kemudian auskultasi. 2. Perkusi tidak dilakukan karena nlainya yang terbatas dalam mendefinisikan batasan atau ukuran jantung. 3. Inpeksi ukuran dengan anak berada pada posisi semifoler, observasi dinding dart sebuah sudut. 4. Palpasi untuk menentukan lokasi impuls apical, impuls jantung paling lateral yang dapat disamakan dengan apeks. 5. Palpasi kulit untuk waktu pengisian kapiler: - Tekan kulit sedikit pada sisi tengah, seperti dahi, dan sisi perifer, seperti bagian atas tangan atau kaki, untuk menghasilkan sedikit pemucatan - Kaji waktu yang diperlukan area yang memucat untuk kembali pada warna aslinya 6. Tekanan kulit sedikit pada kulit spada kulit seperti dahi dan sisi perifer seperti bagian atas tangan atau kaki untuk sedikit "menghasilkan sedikit pemucatan. 7. Kaji waktu yang diperlukan area yang memucat untuk kembali pada warna asalnya. 8. Auskultasi bunyi jantung : - dengarkan dengan anak dalam posisi duduk dan bersandar - gunakan stetoskop bagian diagfragma dan bel dada - evaluasi kualitas, intensitas, frekuensi dan irama bunyi. 9. Dengarkan dengan anak dalam posisi duduk dan standar 10. Gunakan stetoskop bagian diafragma dan bel dada. 11. Evaluasi kualitas, intensitas, frekuensi, dan irama bunyi 12. Ikuti urutan berikut: - area aortic : ruang intercostal kanan kedua dekat sternum - area pulmonik : ruang intercostals kiri kedua dekat sternum - titik Erb .ruang intercostals ketiga dan kedua kiri dekat sternum - area apikal atau mitral .ruang intercostals kelima, garis midklavikuler kiri (ruang intercostal ketiga sampai keempat dan lateral pada garis midklavikular kiri pada bayi) Pola Frekuensi Jantung Takikardi; peningkatn frekuensi Bradikardi; penurunan frekuensi Pulsus alternal; denyut kuat diikuti denyut lemah Pulsus begimimis; pasangan irama dimana denyut teraba dalam pasangaan karena denyut premature. Pulsus paradoksus; intensitas atau kekuatan nadi menurun dengan ekspirasi. Sinus aritmia; frekuensi meningkat dengan inspirasi, menurun dengan ekspirasi. Nadi water, khususnya denyut kuat yang disebabkan oleh tekanan nadi yang sanagt lebar. Nadidikrotorik; nadi radialias gandauntuk setiap denyut apical Nadi lemah; nadi lemah, cepat, yang hilang dan timbul, 13. Area apical atau mitral ruang iriterkosta ke 5, garis midklavikula kiri (ruang intercosta ketiga sampai keempat dan lateral pada garis midklavikula kiri pada bayi) |
Abdomen | Intruksi umum 1. Inspeksi, diikuti dengan auskultasi, perkusi dan palpasi, yang dapat mengubah bunyi abdomen normal. 2. Palpasi mungkin tidak nyaman untuk anak palpasi dalam menyebabkan perasaan tekanan dan palpasi superficial menyebabkan sensasi geli. 3. Untuk meminimalkan ketidak nyamanan dan mendorong kerjasama, gunakan hal-hal berikut: - Tempatkan anak pada posisi terlentang dengan kaki fleksi pada panggul dan lutut - Alihkan perhatian anak dengan pernyataan seperti "saya akan menebak apa yang kamu makan dengan memegang perutnya" - Minta anak untuk "membantu" mempalpasi dengan menempatkan tangannya sendiri di atas tangan pemeriksa yang mempalpasi - Minta anak menempatkan tangannya pada abdomen dengan jari memegang dan palpasi diantara jari-jari, inspeksi kontur, ukuran, dan tonus 4. Perhatikan kondisi kulit 5. Perhatikan gerakan 6. Inspeksi umbilikus akan adanya herniasi, fistula, hygene, dan rabas 7. Observasi adanya hernia: - Inguinalis, Urutkan jari kelingking ke. cincin inguinalis eksternal di dasar skrotum; minta anak untuk batuk. - Femoralis, Tempatkan jari diatas kanalis femoralis (cari dengan meletakkan jari telunjuk di atas nadi femoralis dan jari tengah di kulit menghadap jari tengah). 8. Auskultasi bising usus dan pulsasi aortik 9. Perkusi Abdomen 10. Palpasi organ abdomen: - Tempatkan satu tangan datar diatas punggung dan gunakan palpasi tangan untuk "merasakan" organ diantara kedua tangan. - Dahulukan dari kuadran bawah ke atas untuk menghindari terlewatnya tepi pembesaran organ. - Gunakan garis imajiner pada umbilikus untuk membagi abdomen menjadi kuadran. - Kuadran kanan atas (KKaA) - Kuadran kanan bawah (KKaB) - Kuadran kiri atas (KKiA) - Kuadran kiri bawah (KKIB) 11. Palpasi Nadi Femoralis : tempatkan ujung dua atau tiga jari kira-kira di tengah antara puncak iliaka dan simfisis pubis 12. Timbulkan Refleks Abdomen : regangkan kulit dari samping ke garis tengah pada setiap kuadran . |
Genetalia | Instruksi umum 1. Lanjutkan dengan cara yang sama seperti pemeriksaan area lain; jelaskan prosebur dan maknanya sebelum melakukan, seperti mempalpasi testis. 2. Hargai privasi setiap waktu . 3. Gunakan kesempatan untuk mendiskuskusikan masalah tentang perkembangan seksual dengan anak yang lebih besar dan remaja. 4. Gunakan kesempatan untuk mendiskusikan keamanan seksual dengan anak kecil, menjelaskan bahwa ini adalah area pribadi mereka dan bila seseorang menyentuhnya dengan cara yang tidak nyaman mereka harus selalu memberi tahu orang tua mereka atau orang lain yang dipercaya. 5. Bila ada kontak dengan substansi tubuh, gunakan sarung tangan. Genetalia laki-laki 1. penis - inspeksi ukuran 2. glans dan batang-inspeksi adanya tanda-tanda pembengkakan, lesi kulit, inflamasi. 3. Prepusium-inspeksi pada pria yang disirkumsisi. 4. Meatus uretra!-inspeksi lokasi dan perhatikan adanya rabas. 5. Sekrotum-inspeksi ukuran, lokasi kulit, dan distribusi rambut. 6. Testis-palpasi setiap kantong sekrotium dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. 7. Genetalia eksterna- inspeksi struktur, tempatkan anak pada posisi setengah bersandar pada pangkuan orang tua dengan lutut menekuk dan telapak kaki saling bersebelahan Genetalia wanita 1. Labia-palpasi adanya masa. 2. Meatus uretral-inspeksi terhadap lokasi; teridentifikasi seperti bentuk-V dengan merenggangkan kearah bawah dari klitoris keperineum. 3. Kelenjar skene-palpasi atau inspeksi 4. Orifisium vaginalis - pemeriksaan internal biasanya tidak dilakukan; inspeksi terhadap lubang sebelumnya. 5. Kelenjar Bartholin-palpasi atau inspeksi. |
Anus | 1. Area anus-inspeksi penampilan umum, kondisi kulit 2. Reflek anal-munculkan dengan mengerutkan atau merenggangkan area perineal dengan perlahan |
Punggung dan ekstremitas | 1. Inspeksi kurvatura dan simetris tulang belakang 2. Uji adanya skoliasis: - Biarkan anak berdiri tegak; observasi dari belakang dan perhatikan ketidak simetrisan bahu dan panggul. - Biarkan anak membungkuk kedepan pada pnggul sampai punggung parallel pada lantai; observasi dari samping dan perhatikan ketidak simetrisan atau penonjolan tulang rangka. 3. Perhatikan mobilitas tulang belakang. 4. Inspeksi setiap sendi ekstremitas untuk kesimetrisan ukuran, suhu, warna, nyeri tekan, mobilitas. 5. Uji adanya perkembangan displasia panggul. 6. Kaji bentuk tulang: - Ukur jarak antara lutut ketika anak berdiri dengan majeolus saling bersebelahan. - Ukur jarak antara maleolus bila anak berdiri dengan kedua lutut " merapat. - Inspeksi telapak kaki; uji apakah deformitas kaki pada saat lahir merupakan akibat dari posisi fetal atau perkembangan oleh peregangan keluar, kemudian kedalam, sisi telapak kaki. 7. Inspeksi cara berjalan : - Minta anak berjalan pada garis lurus - Perkirakan sudut cara berjalan dengan menarik garis imajiner melalui bagian tengah kaki dan garis progresi. 8. Refleks plantars timbulkan refleks dengan mengusap telapak kal lateral dari tumit kedepan ke ibu jam kaki melewati haluks 9. Inspeksi perkembangan dan tonus otot 10. Uji kekuatan |
Pengkajian neurologis | Inspeksi setiap sendi ekstremitas untuk kesimetrisan, ukuran, suhu, warna, nyeri tekan, mobilitas Uji adanya perkembangan displasia panggul Kaji bentuk tulang Ukur jarak antar lutut ketika anak berdiri dengan maleolus saling bersebelahan. Ukur jarak antar maleolus bila anak berdiri dengan kedua lutut merapat. Inspeksi posisi telapak kaki; uji apakah deformitas kaki pada saat lahir merupakan akibat dari posisi fetal atau perkembangan oleh peregangan keluar, kemudian kedalam, sisi telapak kaki; bila dapat normal dengan sendirinya, kaki mengambil sudut kanan terhadap kaki. Inspeksi cara berjalan: Minta anak berjalan pada garis lurus Perkirakan sudut cara berjalan dengan menarik garis imaginer melalui bagian tengah kaki dan garis progresi. Refleks Plantar, timbulkan refleks dengan mengusap telapak kaki lateral dari tumit ke depan ke ibu jari kaki melewati haluks. Inspeksi perkembangan dan tonus otot. Uji kekuatan: - Lengan, minta anak mengangkat tangan sambil melawan tekanan dari tangan anda - Kaki , minta anak duduk dengan kaki menggantung; lanjutkan seperti pada tangan - Telapak tangan, minta anak meremas jari anda sekencang mungkin . - Telapak kaki, minta anak memfleksikan plaritar (dorong telapak kaki ke arah lantai) sambil menekan telapak kaki. |
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan antara lain:
1. Pengkajian fisik pada anak memerlukan teknik-teknik dan pengalaman khusus untuk dapat melakukannya, karena masing-masing anak memiliki respon yang berbeda pada setiap tindakan.
2. Tujuan dari pemeriksaan fisik sesuai usia adalah untuk memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan pasien.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik antara lain :
- Posisi pada saat melakukan pemeriksaan fisik
- Umur pasien atau anak
- Persiapan anak
- Tingkat kesadaran anak
- Bagaimana keadaan normal dan abnormalitas baik potensial maupun aktual sistem yang dikaji
4. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat diharapkan mengerti dan . memahami sifat dan karakter anak pada (tiap-tiap tumbuh kembang anak.
5. Menjaga dan mempertahankan anak supaya kooperatif dalam pemeriksaan maka sangat perlu dilakukan kerja sama orang-tua, karena orang-tua pemegang keputusan utama dan orang yang paling dekat dengan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Engel, Joyce. 1999. Seri Pedoman Praktis Pengkajian Pediatric. Editor. Setiwan. Edisi 2. Jakarta: EGC
Matondang, S Corry, dkk. 2000. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi 2. Jakarta: PT. Sagung Seto
Priharjo, Robert. 1993. Pengkajian Fisik Keperawatan. Editor Ni Luh Gede Yasmin Asih, SKp.
Wong, Donna L. 1993. Essential Of Pediatric Nursing. Fourth Edition.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric. Edisi 4.
0 komentar:
Post a Comment
| Silahkan pilih anonimously jika kamu tidak memiliki account yang ada dibawah | Komentar anda saat bemanfaat bagi saya |